Jumat, 16 Maret 2012

“KENAIKAN BBM DAN PENGARUHNYA TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT”

     BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meninggi.

Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM. Demikian juga dengan Indonesia, DPR akhirnya menyetujui rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar minimal 50%. Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka yang menakjubkan ini tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. akibat kenaikan harga minyak mentah dunia hingga lebih dari 60 Dolar AS per barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa negara banyak dihabiskan oleh Pertamina untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator investasi. Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia. 
Dengan berkembangnya kontroversi pro dan kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian ini berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia.
 
1.2  Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut, terdapat beberapa hal pokok yang menjadi pokok perhatian penulis, yaitu:
1. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya gejolak tersebut?
2. Apa tujuan pemerintah untuk menaikan harga minyak tersebut?
3. Apa yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan
    Masyarakat semakin mahal sehingga daya beli masyarakat semakin menurun?

1.3  Tujuan
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan yang harus di dapatkan:
1.      Cara-cara memperkecil kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap Daya Beli Masyarakat.
2.      Untuk mengetahui bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.






BAB II
PEMBAHASAN
“KENAIKAN BBM DAN PENGARUHNYA TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT”
Ilustrasi










            Rencana Pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan berlakukan 1 April 2012, pasti akan membawa pengaruh secara langsung, maupun tidak langsung terhadap daya beli masyarakat Indonesia secara Umum. Pengaruhnya biasanya terjadi penurunan daya beli masyarakat karena harga barang-barang, jasa dan tariff umum lainnya yang juga ikut naik. Karena biasanya kenaikan BBM memicu kenaikan harga barang-barang sembako seperti sembako dan barang konsumsi lainnya, serta juga memicu kenaikan tariff jasa-jasa public, termasuk tariff umum yang menyangkut fasilitas public, seperti tariff angkutan umum dan angkutan barang, tariff ojek, tariff dasar listrik (TDL), dan tariff umum lainnya.
            Saat ini (sebelum harga BBM naik) saja, kita sudah bisa melihat pengaruh kenaikan BBM tersebut terhadap tarif-tarif umum seperti tariff dasar listrik (TDL). Hal itu terlibat dari rencana pemerintah untuk menaikkan untuk menaikkan TDL sebesar 10 persen, yang akan dinaikkan secara bertahap, dan berlaku atau dimulai pada bulan Mei 2012. Apalagi kalau nanti kalau BBM sudah naik? Maka besar kemungkinan akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa, serta tariff lainnya.
            Kalau melihat alasan pemerintah dalam menaikkan harga BBM pada April 2012 ini, karena pemerintah ingin mengurangi subsidi konsumsi BBM, dan mengalihkan subsidi tersebut ke sektor lainnya seperti, pembangunan berbagai infrastruktur, peningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan hal lainnya yang dirasa lebih penting.
            Akibat atau dampak dari kenaikan BBM kali ini, pemerintah pun berjanji memberikan kompensasi kenaikan BBM tersebut kepada masyarakat yang terimbas, terutama masyarakat miskin. Kompensasi tersebut diberikan dalam empat paket, seperti isi buku edaran sosialisasi BBM yang dibagi-bagikan pemerintah kepada masyarakat.
            Kurang lebih dalam buku itu, paket kompensasi yang disebutkan oleh pemerintah adalah:
1.      Penambahan frekwensi jatah beras untuk rakyat miskin sebanyak 2 bulan dalam satu tahun. Yang mana sebelumnya 12 kali dalam setahun, ditambah menjadi 14 kali dalam setahun, dengan harga tebus Rp. 1.600,- per kilogram.
2.      Memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyrakat (BLSM) berupa dana tunai senilai Rp.150.000 per bulan. Penerima bantuan ini, adalah sekitar 18,5 juta rumah tangga miskin.
3.      Memberikan tambahan beasiswa untuk rumah tangga miskin selama enam bulan, dan
4.      Memberikan kompensasi kepada sektor transportasi sebesar Rp. 5 Trilyun. Tujuannya agar tariff atau tiket angkutan kelas ekonomi tidak naik seiring dengan kenaikan BBM.
Sehingga harapannya, kompensasi yang dibeikan ini, bisa membantu mengurangi beban masyarakat, terutama masyarakat miskin yang terkena dampak dari kenaikan BBM.
Nah, kalau kita analisa lebih jauh semua uraian diatas, walaupun ada kompensasi, tapi kenaikan BBM sepertinya tetap, akan berdampak atau membawa pengaruh, atau masalah baru terhadap masyarakat. Antara lain:
a.       Rumah Tangga yang sebelum BBM naik ini masih belum tergolong miskin (masyarakat golongan ekonomi menengah), nanti setelah BBM naik, besar kemungkinan bisa jatuh miskin karena harga-harga yang ikut naik.
b.      Setelah harga naik, akhirnya daya beli dari masyarakat itu menjadi menurun dan pengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan geliat pasar secara umum.
c.       Aktivitas ekonomi atau geliat pasar menurun, mengakibatkan sektor usaha terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) jadi ikut lesu dan makin susah bersaing, dan menimbulkan pengangguran. Walaupun pemerintah juga menjanjikan Kompensasi bagi UMKM yang terimbas kenaikan BBM.
d.      Dan akibat-akibat, serta pengaruh lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat.
Namun terlepas dari itu, penulis sebagai rakyat tetap berharap, semoga masyarakat dan pemerintah bisa menyiasati dengan cerdas, agar kenaikan BBM ini tidak terlalu menimbulkan dampak negative yang meluas terhadap kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.




BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Saya sebagi penulis  banyak berharap para pembaca dapat  memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya







KESIMPULAN
Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meninggi.
 Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka yang menakjubkan ini tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. akibat kenaikan harga minyak mentah dunia hingga lebih dari 60 Dolar AS per barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli masyarakat semakin menurun.
            Akibat atau dampak dari kenaikan BBM kali ini, pemerintah pun berjanji memberikan kompensasi kenaikan BBM tersebut kepada masyarakat yang terimbas, terutama masyarakat miskin. Kompensasi tersebut diberikan dalam empat paket, seperti isi buku edaran sosialisasi BBM yang dibagi-bagikan pemerintah kepada masyarakat.
            Kurang lebih dalam buku itu, paket kompensasi yang disebutkan oleh pemerintah adalah:
1.      Penambahan frekwensi jatah beras untuk rakyat miskin sebanyak 2 bulan dalam satu tahun. Yang mana sebelumnya 12 kali dalam setahun, ditambah menjadi 14 kali dalam setahun, dengan harga tebus Rp. 1.600,- per kilogram.
2.      Memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyrakat (BLSM) berupa dana tunai senilai Rp.150.000 per bulan. Penerima bantuan ini, adalah sekitar 18,5 juta rumah tangga miskin.
3.      Memberikan tambahan beasiswa untuk rumah tangga miskin selama enam bulan, dan
4.      Memberikan kompensasi kepada sektor transportasi sebesar Rp. 5 Trilyun. Tujuannya agar tariff atau tiket angkutan kelas ekonomi tidak naik seiring dengan kenaikan BBM.

Sumber: